Thursday, July 3, 2014

Jurnal Analisis Potensi Kebangkrutan Pada PT Indosat Tbk Periode 2008 - 2012 Dengan Metode Altman Z - Score


ANALISIS POTENSI KEBANGKRUTAN PADA PT INDOSAT TBK PERIODE 2008 – 2012 DENGAN METODE ALTMAN Z-SCORE

Handiko Suharso
Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma
Jl. Margonda Raya No. 100,Depok 16423

Ketidakmampuan mengantisipasi perkembangan ekonomi global akan mengakibatkan berkurangnya kegiatan usaha perusahaan, yang pada akhirnya akan mengakibatkan kebangkrutan perusahaan. Kebangkrutan tidak akan datang tiba-tiba melainkan melalui proses atau tahapan yang  dapat dikenali tanda-tandanya. Selama kurun waktu 2008 -2012 industri pertelekomunikasian dalam hal ini PT Indosat Tbk menghadapi beberapa tantangan seperti krisis global yang melanda dunia global. Akibatnya banyak perusahaan mengalami kesulitan mendapatkan modal kerja untuk menjalankan kegiatan operasionalnya. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana rasio variabel Z-score, bagaimana potensi kebangkrutan perusahaan dan bagaimana rating ekuivalen perusahaan pada PT Indosat Tbk pada periode 2008 – 2012.
Analisis laporan keuangan merupakan salah satu cara untuk mengatasi keadaan tersebut. Salah satu metode analisis laporan keuangan adalah metode Altman Z-score. Adapun data yang dipakai dari laporan keuangan yaitu neraca dan laba rugi.
Dari hasil penelitian ilmiah ini, dapat diambil kesimpulan bahwa kinerja keuangan PT Indosat Tbk selama periode tahun 2008 – 2012 dalam keadaan kinerja keuangan perusahaan yang sehat. Walaupun dalam perjalanan operasionalnya PT Indosat Tbk sedikit mengalami kesulitan dalam hal hutang atas modal kerja terutama pada tahun 2009 yang memiliki nilai  Z-score  paling rendah yaitu 3,168. Nilai overall Z-score tersebut itupun masih berada diatas titik cut off yaitu 2,60.

Kata kunci : Analisis Potensi Kebangkrutan, Metode Altman Z-Score
 

PENDAHULUAN
Perusahaan adalah suatu bentuk badan usaha yang menjalankan jenis usaha yang bersifat tetap dan terus menerus yang didirikan oleh perorangan atau lembaga dengan tujuan memperoleh keuntungan atau laba. Adapun pengertian lain dari perusahaan adalah suatu organisasi dimana sumber daya (input) dasar seperti bahan dan tenaga kerja dikelola serta diproses untuk menghasilkan barang atau jasa (output) kepada pelanggan atau setiap bentuk usaha yang melakukan kegiatan secara tetap dan terus-menerus untuk memperoleh keuntungan dan atau laba bersih, baik yang diselenggarakan oleh orang perorang maupun badan usaha yang berbentuk badan hukum atau bukan berbadan hukum, yang didirikan berkedudukan dalam wilayah Republik Indonesia. Untuk dapat dikatakan perusahaan dalam kondisi yang baik maka perusahaan harus dapat terus bertahan dalam persaingan dan dapat terus berkembang
Dewasa ini perkembangan ekonomi mengalami perubahan yang cukup signifikan. Semakin berkembangnya perekonomian menyebabkan persaingan antar perusahaan semakin ketat. Persaingan yang semakin ketat ini menuntut perusahaan untuk selalu memperkuat pondasi manajemen sehingga akan mampu bersaing dengan perusahaan lain. Ketidakmampuan mengantisipasi perkembangan ekonomi global akan mengakibatkan berkurangnya kegiatan usaha perusahaan yang pada akhirnya akan mengakibatkan kebangkrutan perusahaan tersebut.
Kebangkrutan tidak akan datang tiba-tiba melainkan melalui proses atau tahapan dimana secara dini manajemen seharusnya dapat mengenali tanda-tandanya. Risiko kebangkrutan bagi perusahaan sebenarnya dapat dilihat dan diukur melalui laporan keuangan perusahaan, dengan cara melakukan analisis terhadap laporan keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan yang bersangkutan. Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi mengenai posisi keuangan perusahaan, kinerja serta perubahan posisi keuangan yang sangat berguna untuk mendukung pengambilan keputusan yang tepat.
Endri, 2009 berhasil memprediksi Bank Syariah pada periode 2005 – 2007 akan mengalami kebangkrutan. Agnes Utari Widyaningdyah dan Octa Fenny Listyana, 2009 berhasil memprediksi 1 perusahaan dikategorkan sehat, 2 perusahaan dikategorikan rawan bangkrut dan 10 perusahaan dikategorikan bangkrut. Trisna Widuri, 2012 berhasil mempediksi bahwa perusahaan dalam posisi tidak aman atau rawan bangkrut pada tahun 2008, 2009 dan 2010 terdapat pada wilayah grey area. Yoseph, 2001 berhasil memprediksi PT Indofood Sukses Makmur Tbk pada tahu  2005 – 2009 berpotensi bangkrut. Henrycus Winarto Santoso, 2012 berhasil memprediksi sepanjang tahun  2007 – 2010 PT Gudang Garam Tbk tergolong sebagai perusahaan yang tidak mengalami kesulitan keuangan. Haryetti, 2010 berhasil memprediksi sebanyak 26 perusahaan dalam industri perbankan yang terdaftar di BEI berada dalam keadaan  yang sehat.
Setelah mengamati masalah-masalah yang ada di atas maka penulis ingin mengetahui bagaimana keadaan kesehatan perusahaan Indosat saat ini, yang semakin lama mengalami persaingan yang cukup ketat. Maka dalam penulisan ilmiah ini penulis mengambil judul ANALISIS POTENSI KEBANGKRUTAN PADA PT INDOSAT TBK PERIODE 2008 2012 DENGAN METODE ALTMAN Z - SCORE”.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat diambil permasalahan sebagai berikut :
1.         Bagaimana rasio variabel Z - Score pada PT Indosat Tbk periode 2008 – 2012 ?
2.         Bagaimana potensi kebangkrutan perusahaan pada PT Indosat Tbk periode 2008 – 2012 ?
3.         Bagaimana rating ekuivalen perusahaan pada PT Indosat Tbk periode 2008 – 2012 ?

Batasan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah diatas, penulis membatasi masalah sebagai berikut :
1.      Perhitungan rasio dengan Metode Altman Z - Score pada PT Indosat Tbk berdasarkan laporan keuangan pada periode 2008 – 2012.
2.      Melakukan prediksi potensi kebangkrutan pada PT Indosat Tbk berdasarkan laporan keuangan periode 2008 – 2012.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1.      Untuk mengetahui rasio variabel Z - Score pada PT Indosat Tbk periode 2008 – 2012.
2.      Untuk mengetahui potensi kebangkrutan perusahaan PT Indosat Tbk periode 2008 – 2012.
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah :
1.      Manfaat Akademis
Agar penulis pada khususnya dan lingkungan akademis pada umumnya dapat menambah penelitian mengenai analisis potensi kebangkrutan perusahaan dengan metode Altman Z - Score.
2.      Manfaat Praktis
Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi manajemen perusahaan agar dapat mengambil keputusan yang tepat untuk melakukan persiapan dan perbaikan demi kemajuan perusahaan tersebut serta memberikan gambaran dan harapan terhadap nilai masa depan perusahaan. Sedangkan bagi investor, penelitian ini dapat digunakan dalam mengambil keputusan investasi.
Pengertian Kebangkrutan
Kebangkrutan merupakan suatu keadaan atau situasi dalam hal ini perusahaan gagal atau tidak mampu lagi memenuhi kewajiban-kewajiban perusahaan karena mengalami kekurangan dan ketidakcukupan dana untuk menjalankan atau melanjutkan usahanya sehingga tujuan ekonomi yang harus dicapai oleh perusahaan tidak dapat dicapai yaitu profit. Menurut Undang Undang Kepailitan No. 4 Tahun 1998, debitur yang mempunyai dua atau lebih kreditur dan tidak membayar sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan Pengadilan yang berwenang, baik atas permohonannya sendiri, maupun atas permintaan seorang atau lebih krediturnya.
Kebangkrutan sebagai kegagalan didefinisikan dalam beberapa arti :
1.            Kegagalan ekonomi (economic failure)
            Kegagalan dalam arti ekonomi biasanya berarti bahwa perusahaan kehilangan uang atau pendapatan perusahaan tidak menutup biayanya sendiri, ini berarti tingkat labanya kecil dari biaya modal atau nilai sekarang dari arus kas perusahaan lebih kecil dari kewajiban. Kegagalan terjadi bila arus kas sebenarnya dari perusahaan tersebut jatuh dibawah arus kas yang diharapkan, bahkan kegagalan dapat juga berarti bahwa tingkat pendapatan atas biaya historis dari investasinya lebih kecil daripada biaya modal perusahaan.
2.            Kegagalan keuangan (financial failure)
Kegagalan keuangan bisa diartikan sebagai insolvensi yang membedakan antara dasar arus kas dan dasar saham. Insolvensi atas dasar arus kas ada dua bentuk :
a.    Insolvensi teknis (tehnical insolvency)
b.    Insolvensi dalam pengertian kebangkrutan

Faktor-faktor Penyebab Kebangkrutan
Secara garis besar faktor-faktor penyebab kebangkrutan dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:
1.      Faktor umum
a.    Sektor ekonomi
b.    Sektor sosial
c.    Sektor teknologi
d.   Sektor Pemerintah
2.      Faktor internal perusahaan
Faktor internal yang menyebabkan kebangkrutan perusahaan dapat dicegah melalui berbagai tindakan dalam perusahaan itu sendiri. Faktor-faktor internal yang dapat menyebabkan kebangkrutan adalah :
a.       Manajemen yang tidak efisien akan mengakibatkan kerugian terus menerus yang pada akhirnya menyebabkan perusahaan tidak dapat membayar kewajibannya.
b.        Ketidakseimbangan dalam modal yang dimiliki dengan jumlah piutang dan hutang yang dimiliki.
c.         Moral Hazard oleh manajemen. Kecurangan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan bisa mengakibatkan kebangkrutan.
3.      Faktor eksternal perusahaan
Faktor eksternal yang bisa menyebabkan kebangkrutan merupakan faktor diluar perusahaan namun berhubungan langsung dengan perusahaan, yang meliputi:
a.   Sektor Pelanggan
b.   Sektor  Pemasok
c.   Sektor  Pesaing

Pihak-Pihak yang Memanfaatkan Informasi Kebangkrutan
Informasi mengenai prediksi kebangkrutan suatu perusahaan memberikan manfaat bagi beberapa pihak antara lain:
1.              Kreditur
Hasil penelitian mengenai prediksi kesulitan keuangan mempunyai hubungan yang erat dengan lembaga ini baik untuk mengambil keputusan apakah akan memberikan pinjaman dengan syarat-syarat tertentu atau merancang kebijaksanaan untuk memonitor pinjaman yang telah ada.
2.             Investor
Distress prediction model dapat membantu investor dalam menentukan sikap terhadap surat-surat yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan. Investor yang melakukan investasi dengan pendekatan aktif dapat mengembangkan suatu strategi yang didasarkan pada asumsi bahwa model prediksi kesulitan keuangan dapat menjadi peringatan awal adanya kesulitan keuangan pada suatu perusahaan.
3.             Otoritas Pembuat Peraturan (Regulatori Authorities)
Bagi otoritas pembuat peraturan seperti Ikatan Akuntan, badan pengawas pasar modal atau institusi lainnya, studi tentang kesulitan keuangan sangat membantu untuk mengeluarkan peraturan-peraturan yang bisa melindungi kepentingan masyarakat.


4.      Pemerintah
Pemerintah mempunyai kewajiban untuk melindungi tenaga kerja, industri, dan masyarakat. Hasil penelitian yang akan menemukan model kesulitan keuangan dan petunjuk kesulitan keuangan akan membantu dalam mengeluarkan peraturan untuk melindungi masyarakat dari kerugian dan kemungkinan mengganggu stabilitas ekonomi dan politik negara.
5.         Auditor
Satu penelitian yang harus dibuat oleh auditor adalah apakah perusahaan bisa going concern atau tidak. Dengan adanya model untuk memprediksi kebangkrutan, maka auditor bisa melakukan audit dan memberikan pendapat terhadap laporan keuangan perusahaan dengan lebih baik.
6.         Manajemen
Kebangkrutan akan menyebabkan biaya baik langsung maupun tidak langsung. Biaya langsung termasuk fee untuk akuntan dan pengacara. Sedangkan biaya tidak langsung adalah kehilangan penjualan atau keuntungan yang disebabkan adanya pembatasan yang dilakukan oleh pengadilan. Untuk menghindari biaya yang cukup besar tersebut, manajemen dengan indikator kesulitan keuangan yang bisa menyebabkan kebangkrutan dapat melakukan perbaikan dan melakukan persiapan untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk.
Metode Altman Z - Score
Z - Score merupakan suatu persamaan multi variabel yang digunakan oleh Edward Altman dalam rangka memprediksi tingkat kebangkrutan. Z - score orisinal pertama kali dirumuskan dengan kondisi latar belakang sebagai berikut :
a.       Sampel diambil dari perusahaan manufaktur publik
b.      Perusahaan berlokasi di Amerika
c.       Dirumuskan tahun 1968
d.      Jumlah sampel 66 perusahaan yang terdiri atas 33 perusahaan bangkrut dan 33 perusahaan tidak bangkrut.
Dalam studinya, setelah menyeleksi 22 rasio keuangan, Altman menemukan 5 rasio yang dapat dikombinasikan untuk melihat perbedaan antara perusahaan yang bangkrut dan tidak bangkrut. Analisis ini dikenal dengan nama analisis Altman Z - Score. Lima rasio Z - Score  tersebut adalah Working Capital to Total Assets Ratio, Retained Earning to Total Assets Ratio, Earning Before Interest and Taxes to Total Assets Ratio, Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities Ratio, Sales to Total Assets.

Kegunaan Analisis Z - Score
Analisis Z - Score dikenal juga sebagai analisis kebangkrutan, karena dari skor yang dihasilkan dapat dilihat apakah suatu perusahaan mempunyai kondisi keuangan yang sehat, menunjukkan tanda-tanda kebangkrutan atau perusahaan malah berada pada kondisi terparah yaitu kebangkrutan. Hasil dari analisis ini dapat digunakan oleh manajemen perusahaan untuk menjaga atau memperbaiki kinerja perusahaan di masa yang akan datang. Selain itu, pihak kreditur dan pemegang saham dengan menggunakan hasil analisis ini juga dapat melakukan persiapan-persiapan untuk mengatasi berbagai kemungkinan buruk terjadi. Semakin awal tanda-tanda kebangkrutan diketahui semakin baik bagi seluruh pihak yang terkait di dalam perusahaan.
Metode Pengumpulan Data / Variabel
Untuk memperoleh data-data tersebut, penulis menggunakan metode pengumpulan data dari internet yang kemudian didownload dalam bentuk pdf file dan setelah itu diprint.
Alat Analisis yang Digunakan
1.        Analisis Deskriptif
Analisis yang dilakukan adalah analisis deskriptif karena penulis menggunakan tabel dan grafik untuk memperjelas dalam penyampaian pembahasan pada penelitian ilmiah ini agar tidak keluar dari maksud yang disuguhkan oleh penulis.
2.        Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif yang digunakan pada penulisan ilmiah ini adalah analisis Altman Z - Score. Untuk menerapkan metode Altman Z - Score pada perusahaan non manufaktur yang akan diteliti oleh penulis, maka digunakan model Z - Score dengan persamaan:


Z = 6,56 X1 + 3,26 X2 + 6,72 X3+ 1,05 X4
 
 


Keterangan :
Z     :         Overall Indeks (indeks keseluruhan)
X1  :         Working Capital to Total Assets (Modal Kerja / Total Aktiva)
X2  :         Retained Earning to Total Assets (Laba yang Ditahan / Total Aktiva)
X3  :         Earning Before Interest and Taxes to Total Assets (Laba Sebelum Bunga dan Pajak / Total Aktiva)
X4  :         Market Value of Equity to Book Value of Liabilities (Nilai Pasar Modal Sendiri / Nilai Buku Hutang)

Nilai cut-off
Keterangan


Z < 1,10

Menunjukkan indikasi perusahaan menghadapi ancaman kebangkrutan yang serius, hal ini perlu ditindaklanjuti oleh manajemen perusahaan agar tidak terjadi kebangkrutan.


1,10 < Z < 2,60
Menunjukkan bahwa perusahaan berada dalam kondisi rawan. Dalam kondisis ini manajemen harus hati-hati dalam mengelola asset-aset perusahaan agar tidak terjadi kebangkrutan (Grey Area).

Z > 2,60
Menunjukkan perusahaan dalam kondisi keuangan yang sehat dan tidak mempunyai permasalahan dengan keuangan (non-bankrupt company)

Untuk mendapatkan hasil perhitungan Z - Score yang akurat penulis menggunakan alat bantu software berupa Microsoft Excel.
Rangkuman Hasil Penelitian
            Berikut akan disajikan rangkuman hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis pada PT Indosat Tbk periode 2008 2012. Tabel di bawah ini menunjukkan rasio empat variabel yang diperoleh perusahaan, nilai indeks Z-Score, dan juga rating yang diperoleh perusahaan.
                                                          Tabel 4.14
Rasio Empat Variabel, Potensi Kebangkrutan dan Rating PT Indosat Tbk
Periode 2008 2012
Tahun
Modal Kerja
Laba Ditahan
EBIT
Nilai Pasar
Z – Score
Rating
2008
- 0,019
0,288
0,081
4,544
6,130
BBB
2009
- 0,018
0,281
0,075
2,770
3,618
CCC +
2010
- 0,110
0,291
0,088
4,062
5,087
BB
2011
- 0,102
0,302
0,022
4,653
5,350
BB +
2012
- 0,082
0,259
0,045
4,256
5,081
BB

Rasio modal kerja selama 5 tahun berturut – turut tidak menunjukan hasil yang baik terlihat dari nilai rasio modal kerja yang negatif disebabkan oleh nilai hutang yang jauh lebih tinggi dari hutang lancar. Hal ini menunjukan bahwa selama 5 tahun berturut – turut dalam kondisi ilikuid.
Rasio laba ditahan dalam keadaan bagus terlihat dari cukup stabilnya rasio laba ditahan terhadap total aktiva selama 5 tahun berturut – turut selain itu perusaah juga mampu bekerja secara efisien.
Rasio ebit dalam keadaan bagus terlihat dari cukup stabilnya rasio ebit terhadap total aktiva selama selama 5 tahun berturut – turut meskipun masih terjadi penurunan akan tetapi penurunan tersebut tidak terlalu signifikan.
Rasio nilai pasar modal sendiri terhadap nilai buku hutang pada tahun 2009 merupakan nilai perbandingan yang paling kecil. Kemungkinan yang terjadi terdapat total aktiva hutang yang cukup besar dibandingkan dengan tahun – tahun sebelumnya namun demikian pada tahun setelahnya sudah terjadi kenaikan yang signifikan.
Keseluruhan nilai Indeks Z - Score mulai dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 menunjukkan nilai diatas titik cut-off Altman Z-Score 2,60. Hal ini dapat diartikan bahwa perusahaan tidak memiliki rasio kebangkrutan meskipun memiliki rasio modal kerja terhadap total aktiva yang negatif. Kondisi yang paling jelek terjadi pada nilai Z Score pada tahun 2009 yaitu 3,618 meskipun nilai ini masih diatas titik cut off yaitu 2,60. Nilai tertinggi Indeks Z Score terjadi pada tahun 2008 yaitu 6,130 dengan demikian terjadi penurunan yang signifikan dengan apa yang terjadi pada tahun 2008 ke tahun 2009. Hal ini disebabkan oleh mulai terjadinya krisis ekonomi global akan tetapi kondisi ekonomi mulai membaik pada tahun – tahun setelahnya.
Rating perusahaan yang tertinggi ada pada tahun 2008 yaitu A, sedangkan yang terendah pada tahun 2009 dengan rating CCC +. Penurunan ekstrim pada tahun 2009 dapat dijelaskan dari rasio laba ditahan mengalami penurunan sebesar 3,78 % dari tahun 2008, pada rasio ebit mengalami penurunan sebesar – 7,40 % dari tahun 2008 dan pada rasio modal saham mengalami penurunan sebesar – 39,06 %. Pada tahun 2010 memiliki ratingnya BB, pada tahun 2011 memiliki rating BB + dan pada tahun 2012 memiliki rating BBB Indeks Z - Score yang nilainya rendah dikarenakan beberapa rasio perusahaan tidak dapat memberikan kontribusi yang berarti. Kontribusi terbesar rata-rata diberikan oleh rasio nilai pasar modal sendiri yaitu rasio nilai pasar modal sendiri terhadap nilai buku hutang terutama pada tahun 2008. Hal tersebut dikarenakan harga saham pada tahun tersebut paling tinggi diantara tahun-tahun lainnya serta nilai total kewajiban yang lebih rendah dari tahun-tahun setelahnya yang membuat nilai rasio nilai pasar modal sendiri pada tahun tersebut tergolong cukup tinggi.
Meskipun rasio modal kerja terhadap total aktiva menghasilkan nilai yang selalu negatif, tetapi rasio-rasio lainnya dapat menutupi sehingga dapat menyelamatkan perusahaan dari kebangkrutan. Sedangkan dari tahun 2010 sampai tahun 2012 perusahaan mengalami peningkatan yang cukup signifikan atau dapat dikatakan stabil setiap tahunnya itu semua dapat terlihat dari rasio laba ditahan, rasio ebit dan rasio nilai pasar modal sendiri.
Dari pembahasan yang telah disajikan diatas, penulis mengambil kesimpulan bahwa nilai overall indeks Z - Score pada PT Indosat Tbk periode 2008 - 2012 dengan menggunakan metode Altman adalah keadaan kinerja keuangan perusahaan sehat dan tidak mempunyai permasalahan dengan keuangan (non-bankrupt company). Hal ini dikarenakan nilai overall Z - Score berada diatas titik cut off yaitu sebesar 2,60.
Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dalam bab - bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan :
1.         Perubahan rasio variabel PT Indosat Tbk, periode 2008 2012 menunjukkan hasil sebagai berikut :
a.         Working Capital to Total Assets Ratio rasio yang terbesar adalah pada tahun 2009 dan rasio terkecil adalah pada tahun 2010.
b.         Retained Earning to Total Assets Ratio, rasio terbesar adalah pada tahun 2011 dan rasio terkecil adalah pada tahun 2012.
c.         Earning Before Interest and Taxes to Total Assets Ratio, rasio yang terbesar adalah pada tahun 2010 dan rasio terkecil adalah pada tahun 2011.
d.         Market Value of Equity to Book Value of Liabilities Ratio, rasio yang terbesar adalah pada tahun 2011 dan rasio terkecil adalah pada tahun 2009.
2.         Keseluruhan nilai Indeks Z - Score mulai dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 menunjukkan nilai diatas titik cut-off Altman Z-Score 2,60. Hal ini dapat diartikan bahwa perusahaan tidak memiliki rasio kebangkrutan meskipun memiliki rasio modal kerja terhadap total aktiva yang negatif. Kondisi yang paling buruk terjadi pada nilai Z Score pada tahun 2009 yaitu 3,618 meskipun nilai ini masih diatas titik cut off yaitu 2,60. Nilai tertinggi Indeks Z Score terjadi pada tahun 2008 yaitu 6,130 dengan demikian terjadi penurunan yang signifikan dengan apa yang terjadi pada tahun 2008 ke tahun 2009.
2.                  Rating perusahaan yang tertinggi ada pada tahun 2008 yaitu BBB, sedangkan yang terendah pada tahun 2009 dengan rating CCC +.
Saran
Secara keseluruhan kinerja keuangan PT Indosat Tbk berada pada keadaan yang sehat. Tetapi perusahaan harus tetap waspada karena kondisi perusahaan yang masih belum stabil. Dapat dilihat dari tahun 2008 perusahaan berada pada kondisi rating yang sangat baik, tetapi tahun 2009 perusahaan mengalami kemerosotan yang cukup signifikan meskipun perusahaan masih bisa terhindar dari kondisi rawan kebangkrutan. Lalu pada tahun 2010 perusahaan mengalami peningkatan kembali, tetapi pada tahun 2011 perusahaan mengalami kenaikan akan tetapi pada tahun 20012 mengalami kenaikan yang cukup signifikan dari tahun sebelumnya maka dapat dikatakan kondisi perusahaan masih belum stabil. Tidak menutup kemungkinan bahwa tahun-tahun berikutnya perusahaan mengalami penurunan lagi, maka perusahaan harus tetap berhati-hati.
DAFTAR PUSTAKA



Agnes Sawir, 2010, Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan, Jakarta: Gramedia Pustaka

Agnes Utari Widyaningdyah dan Octa Fenny Listyana, 2009, Kecenderungan Manajemen Laba Pada Industri dan Produk Tekstil Di Bursa Efek Indonesia Yang Diprediksi Mengalami Kebangkrutan, Jurnal Bisnis dan Akuntansi

Darsono, 2009, Pedoman Praktis Memahami Laporan Keuangan, Yogyakarta: ANDI

Edward Altman, 2000, Predicting Financial, Distress of Companies : Revisiting The Z-Score and Zeta ® Models, New York University, Stern School of Business

Endri, 2009, Prediksi Kebangkrutan Bank Untuk Menghadapi dan Mengelola Perubahan Lingkungan Bisnis: Analisi Model Altman’s Z-Score, Perbanas, Jakarta

Haryetti, 2010, Analisis Financial Distress Untuk Memprediksi Risiko Kebangkrutan Perusahaan (Studi Kasus Pada Industri Perbankan Di BEI), Jurnal Ekonomi
Henrycus Winarto Santoso, 2012, Analisis Kesehatan Keuangan PT Gudang Garam Tbk dan Anak Perusahaan Di Tengah Badai Anti Rokok Di Indonesia, Ekonomi dan Bisnis
Irham Fahmi, 2010, Manajemen Kinerja Teori dan Aplikasi, Bandung : Alfabeta
Kasmir, 2011, Analisis Laporan Keuangan, Jakarta: Rajawali Pers
Munawir, 2010, Analisis Laporan Keuangan, Yogyakarta: Edisi 4, LIBERTY
Samryn, 2011, Pengantar Akuntansi, Jakarta: Rajawali Pers            
Trisnia Widuri, 2012, Analisis Kinerja Keuangan Berdasarkan Rasio Profitabilitas dan Z – Score Model (Studi Empiris Pada PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk), Jurnal Ilmu Manajemen

Yoseph, 2011, Analisis Kebangkrutan DenganMetode Z – Score Altman, Springate dan Zmijewski Pada PT. Indoffod Sukses Makmur Tbk Periode 2005 – 2009, Akurat Jurnal Ilmiah Akuntansi

Zaki Baridwan, 2004, Intermediate Accounting, Yogyakarta: Edisi 8, BPFE





No comments:

Post a Comment